OPEN RECRUITMENT BPPI FEB UNS 2017

Ayo ikut bersama Kami. Menjadi Mahasiswa Muslim yang Proaktif dan Inspiratif. BPPI 2017

RAMADHAN 1438 H

Ramadhan Awesome! Raih Ramadhan dengan Penuh Berkah, Mencari Taqwa. Ramadhan di Kampus.Coming Soon!!

One Step 2017

Jalan-Jalan, Penuh Pembelajaran, Home Stay, Games, Fun, Keakraban dan Islami. Coming Soon yak!

Ukhuwah Islamiyah

Karena ikatan ukhuwah begitu berharga.

Islam pasti akan menang!

Jangan bertanya,"Kapan Islam kembali berjaya?", karena cepat atau lambat Islam pasti menang. Tapi bertanyalah,"Apa peranmu dalam menyongsong kemenangannya?"

24 Agu 2014

Bincang-Bincang Muslimah: Hijab Covers My Head, Not My Mind



Adakalanya manusia itu sangat kesulitan menjalankan ketaatan, padahal sebenarnya dia tahu bahwa itu adalah syariat Allah. Dunia menjadi alasan atas pengingkaran syariat dan menjadi pembenaran atas kesalahan yang telah dilakukan. Dan bahkan apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan dan nantinya akan mendapat azab Allah.
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Nafi' dari Al Hasan bin Muslim dari Shafiyyah binti Syaibah bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha pernah berkata; Tatkala turun ayat: Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.. (An Nuur: 31). Maka mereka langsung mengambil sarung-sarung mereka dan menyobeknya dari bagian bawah lalu menjadikannya sebagai kerudung mereka. (H.R Bukhari)
Kisah diturunkannya syariat mengenakan kerudung bagi perempuan muslim di atas adalah salah satu perintah penting, namun banyak yang terlena. Selalu ingatlah bahwa Allah sebagai Sang Pencipta Langit dan Bumi lebih mengerti siapa hamba-Nya. Setiap syariat yang diturunkan yakinlah, pasti terdapat hikmah dibaliknya. Begitu juga, syariat mengenakan kerudung memiliki hikmah yang sangat mulia. Salah satunya adalah menjadi bukti bahwa Islam sangat menghargai terhadap wanita. Karena wanita begitu berharga.
Syariat ini menegaskan bahwa Islam ingin melindungi wanita dari berbagai terpaan dan godaan syahwat dari lawan jenis. Islam menginginkan wanita memiliki derajat yang tinggi yang tidak bisa dibanding-bandingkan dengan laki-laki. Wanita dikatakan terhormat karena kerudung yang menutupinya. Kata orang “Tidak semua wanita berkerudung itu sholihah, tapi wanita sholihah itu pasti berkerudung”
Begitu tinggi kemuliaan wanita dalam Islam, namun banyak umat Islam yang mengingkarinya. Banyak alasan yang diungkapkan, hanya karena lebih condong kepada nafsu syahwat dan godaan dunia. Salah satu alasan yang terlihat keren dan cool, tapi sebenarnya menunjukkan jawaban kebodohan adalah:
X : “Kenapa kamu tidak mengenakan kerudung?” Padahal itu kan sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslimah.”
Y : “Maaf ya, saya sudah memakai hijab yang lebih kuat, yaitu hijab hati.”
X : “Bagus nih buat kamu, ada Bincang-Bincang Muslimah dengan tema “Hijab Covers My Head, Not My Mind”
Y : “iya.” (jleb)
Bagi kalian yang masih ragu-ragu atau ingin belajar untuk memakai hijab, ini ada suguhan menarik dari Badan Pengkajian Pengamalan Islam, yaitu Bincang-Bincang Muslimah dengan tema Hijab Covers My Head, Not My Mind. Dengan menghadirkan pembicara:
1.      Umi Pipik Dian Irawati
(Ustadzah dan Artis)
2.      Yulia Rachman
(Artis dan Penulis Buku)

Tempat dan Tanggal:
Aula Pascasarjana UNS (Lantai 6)
Minggu, 14 September 2014
Pukul 07.30-12.00
Cara Pendaftaran
Ketik: nama lengkap_asal univ_nomor hp.
Kirim ke: Rizky (085647510719)
HTM
Pelajar/Mahasiswa Rp. 20.000
On the Spot: Rp. 25.000
Umum Rp. 25.000
On the Spot Rp. 30.000
Cara Pembayaran
Rekening a.n Sabilla Primadevi
BNI Syariah 030423342



21 Agu 2014

Seimbangkan dengan Kecerdasan Spiritual: Sebuah Petuah untuk Kesuksesan Hakiki





Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.[1] Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan sebagai fakultas dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar, menggunakannya  menuju kearifan, dan untuk mencapai  kebahagiaan yang abadi.[2] Dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia untuk menyadari dan menilai makna dan nilai terhadap kekuatan yang lebih besar dan lebih tinggi sehingga akan mengarahkan hidup kepada jalan yang positif menuju kebahagiaan hakiki.
Dalam klasifikasi umum dikenal tiga kecerdasan yakni IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritually Quotient). IQ berkaitan dengan kemampuan intelegensi seseorang ketika memimpin, IQ berperan dalam kelancaran pekerjaan secara teknis dan strategis. Sedangkan EQ menurut Daniel Goleman, meliputi kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecakapan tersebut mencakup lima komponen yaitu pengenalan diri, pengendalian emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan berempati dan kemampuan mengendalikan hubungan antar sesama manusia. IQ menentukan sukses seseorang sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosi (EQ) memberi kontribusi 80%.[3]
Dua kecerdasan ini memang memiliki peran dalam menentukan kesuksesan hidup manusia, tetapi masih BELUM CUKUP. Berdasarkan penelitian sepuluh tahun terakhir ternyata adanya EQ dan IQ pun belum cukup untuk mengatasi keadaan saat ini. Pernyataan yang seringkali muncul adalah bagaimana jadinya kalau EQ dan IQ tersebut malah digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti Hitler atau Stallin. Bisa saja didepan seluruh rakyat yang dipimpinannya mereka dapat tercitrakan baik secara intrapersonal dan interpersonal serta mempunyai intelegensi tinggi, namun dibalik itu semua mereka menyimpan niat keji terhadap rakyatnya yang hingga kini kita dapat membaca di buku sejarah tentang pembantaian ribuan manusia tak berdosa.[4] Ketika IQ dan EQ digunakan tanpa karakter maka hasilnya adalah kerusakan. Maka inilah peran SQ sebagai bingkai yang akan menjadi pedoman dalam menggunakan IQ dan EQ dalam koridor kebenaran. Kesuksesan bukan hanya pada jabatan atau kekayaan, tetapi kesuksesan itu ketika ilmu itu bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa. 
 Nah loh, inilah pentingnya menanamkan kecerdasan spiritual dalam diri kita. Ingatlah, tanpa SQ hidup ini tidak akan terarah. Hati ini akan gersang dan kering akan nilai. Maka tanamkanlah dari sekarang.



[1] Danah Zohar dan Ian Marshal,. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. (Bandung: Mizan, 2001), hal 4
[2] Sukidi. Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Mengapa SQ Lebih Penting dari pada IQ dan EQ. (Jakarta: Gramedia, 2004), hal 77
[3] http://www.alifbraja.wordpress.com/2012/07/06/kecerdasan-spiritual/
[4] Ary Ginanjar Agustian, 2001, Rahasia Sukses Membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 rukun islam, Jakarta, Arga Wijaya Persada, hal.56.