OPEN RECRUITMENT BPPI FEB UNS 2017

Ayo ikut bersama Kami. Menjadi Mahasiswa Muslim yang Proaktif dan Inspiratif. BPPI 2017

RAMADHAN 1438 H

Ramadhan Awesome! Raih Ramadhan dengan Penuh Berkah, Mencari Taqwa. Ramadhan di Kampus.Coming Soon!!

One Step 2017

Jalan-Jalan, Penuh Pembelajaran, Home Stay, Games, Fun, Keakraban dan Islami. Coming Soon yak!

Ukhuwah Islamiyah

Karena ikatan ukhuwah begitu berharga.

Islam pasti akan menang!

Jangan bertanya,"Kapan Islam kembali berjaya?", karena cepat atau lambat Islam pasti menang. Tapi bertanyalah,"Apa peranmu dalam menyongsong kemenangannya?"

29 Nov 2014

PARADIGMA EMANSIPASI MUSLIMAH SESUAI HAKIKAT ISLAM



“Wanita adalah tiang negara, jika mereka baik, maka baiklah negara itu dan jika mereka buruk (rusak moralnya) maka buruklah negara itu”

Paradigma Urgensi Peran Muslimah
            Islam memiliki bahasan utama sekaligus prinsip pokok yaitu mengenai persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan perempuan maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan yang kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah swt.
“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa (Q.S. 49: 13).
Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat wanita. Maka dalam hal ini tentu saja peran dan partisipasi wanita khususnya muslimah sangat berkaitan secara vital bagi perkembangan peradaban suatu negara. Tak dapat dipungkiri bahwa muslimah merupakan madrasah bagi putra-putranya kelak dimana mereka akan dititahkan untuk menjadi cikal bakal suatu bangsa.
Namun, seiring pergeseran zaman dan pergantian peradaban maka pemikiran umat manusia pun mulai ikut berubah. Di antaranya terkait dengan tema utama yang berkaitan dengan muslimah yaitu mengenai emansipasi. Kata “emansipasi” populer dimaknai sebagai  suatu usaha untuk menuntut persamaan hak-hak kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria di segala bidang kehidupan.
Emansipasi mengalami perkembangan sudut pandangnya. Dalam hal ini, menurut Islam emansipasi dalam kehidupan manusia merupakan sesuatu yang wajar dan harus terjadi, karena berkembangnya budaya dan pola kehidupan di alam semesta ini. Khusus berkenaan dengan negara-negara Islam ini, kaum feminisme menganggap bahwa Islam dan negara-negara tersebut telah membelenggu hak-hak kaum wanitanya. Berikut ini adalah alasan-alasan yang dikemukakan oleh Womens Lib sebagai dasar tuntutannya sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Ahmad Dahri (1992):
1. Masalah hakikat wanita. Bahwa perbedaan antara laki-laki dan wanita secara biologis telah dibesar-besarkan untuk menindas kaum wanita dan mereka menuntut untuk diadakan penyelidikan secara ilmiah sampai ditemukannya perbedaan laki-laki dan perempuan secara ilmiah.
2. Masalah seksualitas. Bahwa kaum wanita mempunyai kebutuhan seksual sendiri yang dapat dipenuhi tanpa kehadiran laki-laki. Mereka mengharapkan bahwa hubungan seksual tidak dipergunakan oleh laki-laki untuk mendominasi wanita.
3. Masalah keluarga. Bahwa kepentingan keluarga tidak harus didahulukan dari kepentingan-kepentingan kehendak individualnya.
4. Masalah anak-anak. Bahwa para suami berkewajiban secara bergiliran mengasuh anak (ikut berperan ganda). Iklim yang harus diciptakan adalah model kemanusiaan untuk berkompetisi.
5. Masalah pekerjaan. Bahwa pekerjaan harus tersedia untuk pria dan wanita sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mereka ingin menghapus pendapat bahwa wanita bekerja hanya sebagai sekretaris, pramugari, asisten peneliti dan pekerjaan lain yang menempatkan wanita hanya sebagai faktor substitusi saja.
     Tentu saja dalam hal di atas, emansipasi yang kita harapkan bukan pada posisi setara dalam hal menuntut hak dan kewajibannya melainkan adil yakni sesuai porsi yang seimbang dalam memegang peranan penting fungsi dirinya. Hal inilah yang sebenarnya perlu diluruskan agar tidak terjadi penyimpangan persepsi tentang makna emansipasi itu sendiri yang berkaitan dengan ajaran Islam.
Dalam hal ini, kontribusi muslimah di dalam gerakan dakwah menjadi sesuatu yang tidak dapat dinafikan lagi khususnya untuk membangun peradaban yang humanis. Contoh ini telah dibuktikan oleh para muslimah terdahulu seperti Khadijah binti Khuwailid sebagai perempuan pertama yang menyambut seruan Iman dan Islam, Aisyah binti Abu Bakar sebagai salah satu gudang ilmu, Ummu Ammarah Nusaibah binti Ka’ab yang mati-matian di medan Uhud dan beberapa kali terlibat dalam peperangan khususnya bagian logistik dan medis , Sumaiyah binti khubath, orang pertama yang mendapat gelar syahidah seorang budak perempuan dari Mekkah yang dinikahi oleh seorang Yasir bin Amir bin Malik. Sumayyah menjadi syahidah ketika ia menentang umpatan dan sumpah serapah Abu Jahal yang mengolok-olok Rasulullah saw, sejarah diatas adalah bukti konkret bahwa peran muslimah memiliki cakupan jauh lebih luas dari hanya sekadar beroperasi di dalam rumahnya.
Namun legalitas tersebut bukan sebagai dalih atas ideologi baru seputar dunia wanita, jika kita mereview kembali muslimah pada era kekinian, banyak dari mereka yang terpengaruh oleh corak globalisasi yang tidak terfilter dengan baik, corak ini terlihat dari munculnya ide-ide emansipasi dan feminisme negatif yang demikian santer di dunia bagian barat, erat kaitannya dengan Women Liberation movement (gerakan pembebasan wanita).
Al-Quran mengakui watak obyektif dan universalitas keadilan yang disamakan dengan perbuatan-perbuatan baik (kebajikan-kebajikan moral), yang mengatasi masyarakat-masyrakat agama yang berlainan dan memperingatkan umat manusia untuk “tampil dengan perbuatan-perbuatan baik”:
Al Qur’an surat Al Maidah ayat 48 menjelaskan,“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu (umat religius) Kami berikan aturan dan jalan (tingkah laku). Apabila Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (berdasarkan pada aturan dan jalan itu), tetapi, (ia tidak melakukan demikian). Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Oleh karena itu, berlomba-lombalah (yaitu, bersaing satu sama lain) dalam berbuat baik. Karena Allah-lah kamu semua akan kembali, lalu Ia akan memberitahukan kepadamu (kebenaran) mengenai apa yang kamu perselisihkan itu.”
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa keadilan yang dimaksud disini adalah sesuai porsinya. Dalam hal ini, keadilan yang diimplementasikan sesuai dengan keadaan dan kondisi yang teratur akan mempengaruhi keharmonisan dalam kehidupan yang akan berdampak positif bagi peradaban. Oleh karena itu, pelaksanaan prinsip dan wujud nyata keadilan sangat perlu untuk diterapkan secara nyata agar dapat meningkatkan kesuksesan dalam pembangunan peradaban yang harmonis. 
Keadilan yang dibahas di atas juga berkaitan dengan peran serta muslimah melalui perspektif Islam yang menganjurkan posisi yang sesuai dan tepat bukan setara atau dalam hal ini sama dengan laki-laki. Adanya kesadaran bagi seluruh pihak khususnya muslimah dalam menciptakan pola pikir yang tepat dalam memahami hakikat emansipasi itu sendiri harus diluruskan sesuai ajaran Islam. Karena itu, seharusnya pemahaman dan pemikiran porsi  dan prinsip keadilan harus dtekankan dibandingkan kesetaraan.(Siti Ramdhani/KP/14)

9 Nov 2014

Dunia Adalah Setitik Air di Lautan

Dimana kita tinggal sekarang? Dimana kita bisa menghirup udara segar? Dimana kita mampu bersua dengan orang yang kita kasihi? Jawabannya adalah di dunia. Di dunia inilah kita tinggal, kita bisa menghirup udara segar, bernafas bebas dan berjumpa dengan orang-orang yang kita sayangi. 
Indahnya dunia mampu menggoda siapa saja. Dunia dengan rayuannya mencoba menarik manusia untuk terjun dan menikmati sepuasnya. Gemerlapnya dunia sangat sayang untuk dilewatkan, sangat sayang jika dibiarkan. Mungkin kita tak asing lagi dengan ungkapan, “Hidup hanya sekali, mari kita happy”. Memang benar hidup di dunia hanya sekali dan memang kita harus happy agar kita menjalani hidup dengan semangat tinggi. Tapi dunia hanya sementara, tentu happy yang dirasa tidak bertahan lama.
“Tiadalah perbandingan dunia ini dengan akhirat, kecuali seperti seorang yang memasukan jarinya ke dalam lautan luas maka perhatikanlah yang tersisa." (HR. Muslim). Inilah dunia. Dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhirat. Dunia ini fana, akhirat abadi selamanya. Manusia layaknya musafir yang berjalan beribu bahkan berjuta kilometer untuk mencapai suatu tujuan, yakni Allah.
Di dunialah para musafir ini singgah sejenak untuk minum, melepas dahaga yang kemudian kembali melanjutkan perjalanan . Tak sedikit yang lengah, terlena dengan kenikmatan meneguk segarnya air ‘dunia’. Mereka lupa akan tujuan awal, mereka lebih memilih untuk tinggal. Para musafir yang beriman berbeda dengan musafir yang tidak beriman. “Dunia ini adalah penjara bagi orang-orang yang beriman dan surga bagi orang-orang kafir” (HR.Muslim). Orang yang beriman ingin segera keluar dari penjara. Mereka tidak betah harus tinggal dalam penjara megah ini. Karena mereka tahu setelah keluar dari penjara dunia, surga siap menyapa. Sedangkan orang yang tidak beriman, tidak ingin meninggalkan dunia. Ini surga mereka. Betapa bahagianya mereka, seakan-akan mereka benar-benar tinggal di surga. Mereka tidak tahu bahwa surga mereka inilah yang menjadi cikal bakal api neraka.

Lalu bagaimana dengan sekarang? Kita masih hidup di dunia. Apakah dunia tidak penting?

“Kalau begitu kita tidak perlu berusaha keras di dunia, toh nanti kita tinggal juga”.

Bukan seperti itu. Justru kita harus menaklukkan dan memperbudak dunia. Jadikan dunia sebagai ladang akhirat. Jadikan dunia sebagai investasi akhirat. Ingin kaya? Boleh, Islam tidak melarang. Mendapat status sosial yang tinggi? Boleh juga. Belajar hingga jenjang yang lebih tinggi demi ilmu dan gelar akademis? Silakan.
Islam tidak membatasi. Yang perlu diperhatikan di sini adalah jangan sampai kita lupa diri dan melupakan Allah. Kita boleh saja punya banyak harta, tapi jangan sampai kita enggan menginfakkan harta untuk kemajuan Islam dan umatnya. Kita boleh menjadi manusia terpintar sekalipun, tapi jangan sampai ilmu yang kita miliki membuat kita lupa untuk mengamalkan demi kejayaan Islam dan umatnya.
Niatkan semua karena Allah. Lakukan semuanya dengan cara yang benar, bukan dengan cara sikut sana sikut sini, dorong sana dorong sini. Sekali lagi, Islam tidak melarang kita untuk menikmati dunia tapi jangan sampai kita gelap mata dan terus mengejarnya. Akhirat tujuan kita, dunia sebagai sarananya. Semoga Allah ridhai kita.

(Nadifa | Magang Medkominfo BPPI 2014 | Disari dari Kajian FE 30 Oktober 2014)

7 Nov 2014

MUSLIMAH DAY 2014


Muslimah Day merupakan program kegiatan dari bidang kemuslimahan yang diadakan dalam rangka mengapresiasi muslimah khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai salah satu unsur penting masyarakat kampus demi mewujudkan kemuliaan Islam. Pada tahun ini, Muslimah Day diisi  berbagai lomba inspiratif yang diwakili beberapa potensi minat bakat dengan mengusung tema "Mengambil Hikmah dari Muslimah Penginspirasi". Kegiatan seperti ini diharapkan mampu mengangkat kembali eksistensi muslimah sebagai kontributor pembangun peradaban Islam, yang disadari baik secara langsung atau tidak dalam beberapa tahun terakhir mulai meredup diiringi dengan banyaknya pemberitaan kurang baik tentang wanita muslim. Berikut syarat dan ketentuannya.

LOMBA INSPIRATIF
Ketentuan umum
* Peserta adalah mahasiswi aktif muslim FEB UNS
* Karya belum pernah diikutsertakan dalam lomba atau kompetisi apapun
* Setiap peserta berhak mengikuti maksimal 2 lomba
* Pendaftaran dan pengumpulan karya 7-21 November 2014 pukul 17.00
* Hasil karya dikirim ke malafalintina@gmail.com dengan melampirkan cv (lihat format)
* Biaya pendaftaran Rp 5,000 untuk masing-masing jenis lomba
Pemenang lomba akan diumumkan dalam kegiatan Sekolah Muslimah 26 November 2014

1. MENULIS CERPEN, dengan tema "Muslimah Penginspirasi"
Syarat dan ketentuan
* Karya diketik rapi 4-6 halaman, jenis font Calibri ukuran 12 pt, kertas A4, margin 3-3-3-3, Justify, Spasi 1,5
* Diperbolehkan melampirkan ilustrasi dalam konten cerpen
* Format pendaftaran: (CERPEN_MD_Nama_NomorHP) ke 0856-4574-4625
* Hadiah Juara 1: Piagam + Rp 150,000
               Juara 2: Piagam + Rp 75,000
               Juara 3: Piagam + Bingkisan

2. MENULIS ARTIKEL, dengan tema "Muslimah sebagai Kontributor Pembangun Peradaban"
Syarat dan ketentuan
* Karya diketik rapi 3-5 halaman, jenis font Calibri ukuran 12 pt, kertas A4, margin 3-3-3-3, Justify, Spasi 1,5
* Format pendaftaran: (ARTIKEL_MD_Nama_NomorHP) ke 0856-4574-4625
* Hadiah Juara 1: Piagam + Rp 150,000
               Juara 2: Piagam + Rp 75,000
               Juara 3: Piagam + Bingkisan

3. FOTOGRAFI, dengan tema "A Real Muslimah, Inside and Outside"
Syarat dan ketentuan
* Tidak diperkenankan mengirimkan foto berupa kombinasi lebih dari satu foto dan
   menghilangkan/mengubah elemen dalam satu foto
* File foto yang dikirim berukuran maksimum 800kb/foto
* Format pendaftaran: (FOTO_MD_Nama_NomorHP) ke 0856-4574-4625
* Hadiah Juara 1: Piagam + Rp 100,000
               Juara 2: Piagam + Rp 50,000
               Juara 3: Piagam + Bingkisan



Selamat berkompetisi, Muslimah Ekonomi :)

-Bidang Kemuslimahan BPPI 2014-

1 Nov 2014

1 Muharram: Refleksi Sebuah Kejayaan

Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selalu seperti itu roda perputaran waktu di alam semesta ini. Perubahan hanya menjadi lorong waktu yang tiada nilai yang di dapatkan. Perubahan hanya sebatas fenomena yang menghilang begitu saja. Padahal waktu demi waktu adalah momentum luar biasa yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya untuk melakukan sesuatu yang berharga. Bahkan satu hari adalah kenikmatan yang patut untuk kita syukuri.

Rasulullah bersabda:
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”

Jika kita melihat masa-masa kejayaan Islam, sungguh waktu itu menunjukkan periodisasi kejayaan demi kejayaan umat Islam ketika itu. Begitupun dengan momentum 1 Muharram. Muharram (محرّÙ…) adalah bulan pertama tahun penanggalan Islam, Hijriyah. Ditetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar ibnu al-Khattab atas saran dari menantu suci Rasulullah SAWW, yakni Imam Ali bin Abi Thalib karamalLahu wajhahu. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, pernah beliau mengutarakan gagasannya mengenai perlunya menetapkan kalender Isalam yang akan dipakai sebagai penenggalan dalam urusan administrasi masa kekhalifahannya,dan sebagai kebutuhan kaum muslimin, pada masa itu penanggalan yang dipakai kaum Muslimin berbeda-beda, ada yang memakai tahun gajah, dimana pada tahun itu terjadi penyerangan dari balatentara Abrahah dari negeri Yanan untuk menyerang Ka’bah, yang kemudian niatnya digagalkan Allah Yang Maha Esa. Dan di tahun itu pula lahirnya nabi Muhammad saw dan ada pula yang pemakaian tanggal didasarkan kepada hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah. 

Untuk menetapkan kalender Islam ini, dicari momertum yang sangat tepat untuk dijadikan patokan sebagai awal permulaan Tahun Baru Islam. Maka Khalifah Umar ini mengadakan musyawarah yang dihadiri oleh pemuka-pemuka agama, dan pembesar-pembesar muslim. Di dalam pertemuan itu ada beberapa momentum penting yang diusulkan sebagai dasar penetapan pada tahun baru islam, dan momentum-momentum itu antara lain:
1. Dihitung dari hari kelahiran Nabi Muhammad
2. Dihitung dari wafatnya Rasulallah saw.
3. Dititung dari hari Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hira yang merupakan awal tugas kenabiannya.
4. Dimulai dari tanggal dan bulan Rasulullah melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.

Momentum 1 Muharram ini menjadi momentum besar perjuangan untuk meluaskan nilai-nilai Islam seantero Arab dan sekitarnya. Di dalam kekuasaan Khalifah Umar bin Khattab ini menjadi tonggak sejarah berdirinya sebuah khilafah Islamiyah yang wilayahnya sudah sangat luas. Artinya adalah momentum 1 Muharram ini adalah tanda sebuah perubahan besar menuju kejayaan Islam.

Maka dengan bergantinya tahun, dari 1435 H menjadi 1436 H, kiranya kita menyadari bahwa waktu adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Bisa jadi Allah mencabut nyawa kita sebelum kita melakukan amalan sholih. Naudzubillah. Maka pergunakan waktu itu untuk sepenuhnya mencari ridho Allah dan senantiasa kita menteladani kisah-kisah para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in, serta para ulama yang telah menggoreskan tinta emas kejayaan.